Bug Nano – Drone Intai Quadcopter Terbaru Korps Marinir Dan Kopaska TNI AL

Bug FX Nano Quadcopter 1.

JAKARTA – BATALYON Perhubungan (Yonhub) TNI AD menggunakan drone intai ‘Nano’ Black Hornet PD-100 yang berukuran mini dengan berat 16 gram. Sementara TNI AL, khusus pasukan infanteri dari Korps Marinir dan Komando Pasukan Katak (Kopaska) juga tak ketinggalan dalam adopis jenis drone nano. Persisnya, personel TNI AL kini mulai beradaptasi dan berlatih dalam pengoperasian Bug FX Nano Quadcopter 1.

Bug Nano drone quadcopter yang digunakan Korps Marinir dan Kopaska adalah produksi UAVTEK, perusahaan asal Inggris. Namun pengembangan drone ini diketahui juga melibatkan nama besar BAE Systems. Pengguna Bug Nano pun tak bisa dipandang sebelah mata, pasalnya pada Juli 2020, Kementerian Pertahanan Inggrih telah memilih Bug Nano untuk melengkapi angkatan bersenjata Inggris.

Read More

Angkatan Darat Inggris (Royal Army) menerima pengiriman 30 unit drone Bug Nano pertama untuk pengujian pada Desember 2020. Bug Nano menunjukkan kemampuan untuk beroperasi dalam kondisi cuaca tanpa kompromi selama army warfighting experiment (AWE), sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh Ministry of Defence Future Capability Group.

Drone ini dapat beroperasi dengan sepenuhnya otonom, serta dapat dengan mudah diluncurkan dari tangan seorang prajurit (handheld). Ukurannya yang kecil membuat Bug Nano sulit dibedakan dengan burung, terutama saat beroperasi di ketinggian tertentu. Sebagai wahana intai, drone inu dilengkapi dengan kamera beresolusi tinggi dan dapat dilengkapi dengan sistem deteksi berbasis infra merah.

Drone seukuran kepalan tangan ini dapat dengan mudah diangkut dalam sebuah kotak kontainer yang dapat menampung dua Bug Nano, empat paket baterai, dan satu pengontrol UAVTEK dengan antena dan aksesori.

Bug Nano drone dapat mengirimkan data secara bersamaan ke beberapa perangkat seperti ponsel, laptop, tablet, dan Android Team Awareness Kit (ATAK). Drone ini dapat dioperasikan secara berkelompok (swarming) dengan dilengkapi dengan GPS mengikuti kemampuan terdepan dan dapat diintegrasikan dengan algoritme canggih.

Bug Nano menawarkan kesadaran situasional full HD langsung yang memungkinkan pilot serta operator lain dalam jaringan untuk menyelesaikan misi secara lebih efektif karena sistem menyiarkan data ke beberapa platform perintah dan kontrol.

Bicara soal muatan, Bug Nano memiliki kapasitas muatan normal hingga 50 gram. Dalam konfigurasi tertentu, drone ini juga memiliki kemampuan untuk membawa muatan hingga 100 gram, sementara masih tersisa dalam batas berat 250 gram. Umumnya, bekal payload yang dibawa mencakup mikrofon, pengeras suara, lampu putih/inframerah (IR)/merah, lensa yang dapat diganti, kamera pemetaan, kamera termal, dan perangkat pengalih perhatian (distraction device).

Dari segi performa, Bug Nano dapat menahan kecepatan angin hingga 35 knots dengan hembusan 45 knots. Drone ini memiliki masa pakai baterai 40 menit dan dapat mengalirkan rekaman streaming ke pasukan di darat.

Tentang jangkauan operasi, drone kecil ini dapat beroperasi dalam jarak 2 km pada bandwidth radio 5.8Ghz dan hingga 50 km pada frekuensi 4G/LTE (Long Term Evolution). Bug Nano memiliki kecepatan terbang maksimum 80 km per jam dan juga dapat beroperasi dalam mode yang lebih lambat untuk latihan.

Pada prinsipnya, drone ini akan dikembangkan lebih lanjut untuk mengumpulkan data di medan perang dan juga sebagai perangkat pendengar. Ini membantu tentara untuk menerima peringatan tentang pergerakan dan benteng musuh tanpa mengirimkan sinyal peringatan ke sisi lain. (Red/indomiliter.com)

Related posts